Pada 27 Januari 2025, DeepSeek, AI asal China menggemparkan pasar saham perusahaan teknologi Amerika. Pasalnya, AI ini membuat saham NVIDIA anjlok sebesar 17%. Selain itu, perusahaan teknologi asal Belanda yaitu ASML, mengalami penurunan sebesar 8.9%
DeepSeek memperkenalkan model AI seperti Chat GPT dengan kemampuan yang diklaim jauh lebih baik. Berdasarkan laporan dari statista.com, model R1 unggul 2-20% dari model Claude, GPT, dan Open AI dalam pengetesan menggunakan beberapa benchmark.
Meskipun memiliki performa yang lebih unggul, model R1 dikembangkan dengan biaya 10% lebih rendah yaitu 6 juta USD dibandingkan GPT yang menghabiskan dana sebesar 63 juta USD. Hal ini dikarenakan DeepSeek menggunakan chip NVIDIA H800 dengan performa yang lebih rendah dari NVIDIA H100 yang digunakan oleh GPT.
Penggunaan NVIDIA H800 disebabkan karena pembatasan chip yang diberlakukan Amerika terhadap China. Namun, hal ini justru menjadi berkah bagi para AI developer China. Mereka memanfaatkan resources yang ada dan mudah diakses untuk membuat AI berkemampuan tinggi dengan biaya yang efisien.
Terdapat beberapa perbedaan dari output yang dihasilkan oleh keduanya. Hal ini dapat disebabkan oleh penggunaan chip dan arsitektur model yang juga berbeda.
Pengujian DeepSeek vs Chat GPT
Banyak media dari seluruh dunia, termasuk media Indonesia yang turut mencoba DeepSeek untuk menemukan perbedaan dari Chat GPT. Mereka menguji kedua gen AI dengan beberapa prompt yang sama untuk membandingkan hasilnya.
Dilansir dari media tempo,co, performa DeepSeek setelah beberapa kali diberikan prompt mengalami penurunan kecepatan. Ia memerlukan waktu loading lebih lama untuk memproses kembali history dibandingkan Chat GPT.
Selain itu, tempo.co melakukan pengujian untuk menerjemahkan bahasa inggris menjadi bahasa indonesia. Berikut kalimat yang harus diterjemahkan oleh kedua gen AI: “Another new iPhone is coming soon, offering some of the same modern tech but at a much lower cost”
DeepSeek: “iPhone baru lainnya akan segera hadir, menawarkan beberapa teknologi modern yang sama tetapi dengan harga yang jauh lebih terjangkau.”
ChatGPT: “iPhone baru lainnya akan segera hadir, menawarkan beberapa teknologi modern yang sama namun dengan biaya yang jauh lebih rendah.”
Hasilnya tidak terpaut jauh berbeda, namun diksi yang digunakan DeepSeek lebih mudah dipahami.
Pengujian Editorial Artikel
Berbeda dengan yang dilakukan tempo.co, pengujian ini dilakukan untuk mengetahui seberapa efektif kedua gen AI tersebut dapat menyunting paragraf.
Langkah pertama yang dilakukan adalah meminta keduanya menjadi seorang edukator untuk Gen Z dan Millennial. Prompt yang diberikan bukan merupakan kalimat terstruktur dan tidak sesuai EYD. Seperti ini:
“jadilah seorang edukator untuk gen z dan millennial. tolong bantu saya mengedit artikel yang akan saya berikan. edit diksi dan gaya bahasa agar sesuai dengan audiens saya yaitu gen z dan millennial. maukah anda membantu saya?”
“tolong edit paragraf berikut agar sesuai dengan gaya bahasa yang diminati gen z dan milenial:”
“Bulan Desember selalu punya makna spesial. Selain jadi momen refleksi atas apa yang sudah terjadi selama setahun, Desember juga jadi waktu untuk menatap masa depan dengan penuh harapan. Banyak dari kita mulai menyusun resolusi—termasuk untuk belajar—untuk mengembangkan diri di tahun yang baru.
Di era digital ini, belajar nggak lagi sekadar soal buku atau kelas konvensional. Dengan kecerdasan buatan (artificial intelligence atau AI), proses belajar jadi lebih cepat, efisien, dan menyenangkan. Bahkan, banyak AI yang menawarkan akses gratis, membuatnya semakin mudah dijangkau oleh semua orang”
Hasil Editorial Artikel
DeepSeek:
Chat GPT:
Pertanyaan lanjutan
Untuk membandingkan gaya bahasa yang digunakan masing-masing AI, kita akan menguji dengan pertanyaan lanjutan yang sama.
“jelaskan gaya bahasa dan diksi yang digunakan pada kedua paragraf tersebut”
DeepSeek:
Chat GPT:
Hasil edit artikel ChatGPT dan DeepSeek
“Berdasarkan hasil pengujian editorial paragraf yang dilakukan ChatGPT dan DeepSeek, keduanya memiliki perbedaan dalam penggunaan gaya bahasa.
ChatGPT cenderung menggunakan gaya bahasa friendly dan sesuai dengan audiens yang dituju. Sedangkan DeepSeek, cenderung lebih baku dan kurang sesuai dengan audiens yang ditargetkan.
Kendati demikian, DeepSeek lebih detail untuk menjelaskan gaya bahasa yang digunakan. DeepSeek menjelaskan perbedaan gaya bahasa paragraf sebelum dan setelah diedit. Hal ini membantu kita sebagai penulis agar lebih memahami nuansa dari gaya bahasa untuk audiens Gen Z dan Millennial.”
DeepSeek:
Chat GPT:
Jadi, kalian lebih suka conclusion dari DeepSeek atau Chat GPT?
Bulan Desember selalu punya makna spesial. Selain jadi momen refleksi atas apa yang sudah terjadi selama setahun, Desember juga jadi waktu untuk menatap masa depan dengan penuh harapan. Banyak dari kita mulai menyusun resolusi—termasuk untuk belajar—untuk mengembangkan diri di tahun yang baru.
Di era digital ini, belajar nggak lagi sekadar soal buku atau kelas konvensional. Dengan kecerdasan buatan (artificial intelligence atau AI), proses belajar jadi lebih cepat, efisien, dan menyenangkan. Bahkan, banyak AI yang menawarkan akses gratis, membuatnya semakin mudah dijangkau oleh semua orang.
AI: Teman Belajar untuk Resolusi 2025
source: pexels.com
Menetapkan resolusi itu mudah, tapi memulai dan menjalankannya sering kali terasa sulit, apalagi jika resolusi tersebut berhubungan dengan belajar. Untuk mewujudkan resolusi belajar, kamu butuh konsistensi, struktur, dan strategi yang matang. Di sinilah AI hadir sebagai asisten yang bisa mendukung kamu mencapai tujuan dengan lebih efektif.
Berikut adalah 3 manfaat utama AI yang bisa membantu kamu merancang dan merealisasikan resolusi belajar di tahun 2025.
1. Membantu Merancang Resolusi yang Realistis
Sering kali, resolusi gagal karena terlalu ambisius atau tidak memiliki rencana yang jelas. AI bisa membantu kamu menyusun resolusi belajar yang lebih terarah dan sesuai kemampuan. Dengan AI, kamu bisa:
Menentukan tujuan belajar yang realistis berdasarkan waktu dan kapasitasmu.
Membuat jadwal belajar yang fleksibel tapi tetap terstruktur.
Melacak progres secara otomatis, sehingga kamu tahu seberapa jauh kamu sudah melangkah.
Dengan rencana yang lebih jelas, resolusi belajarmu nggak akan hanya jadi sekadar wacana.
2. Mengatasi Tantangan Belajar dengan Lebih Cerdas
Kehilangan fokus dan motivasi adalah tantangan terbesar dalam belajar. AI bisa membantu kamu tetap konsisten dan terarah dengan:
Pengingat otomatis yang bikin kamu nggak lupa jadwal belajar.
Analisis pola produktivitas untuk merekomendasikan waktu belajar terbaik.
Sumber belajar yang relevan sesuai dengan kebutuhanmu.
Dengan dukungan ini, kamu bisa tetap berada di jalur yang benar dan belajar jadi lebih efektif.
3. Membuat Proses Belajar Jadi Lebih Menarik
Belajar itu nggak harus membosankan! Dengan AI, kamu bisa menikmati proses belajar yang lebih seru dan interaktif, seperti:
Chatbot AI yang bisa menjelaskan konsep sulit dengan cara sederhana.
Ringkasan otomatis dari artikel atau buku panjang, sehingga kamu lebih hemat waktu.
Kuis interaktif untuk menguji pemahaman dengan cara yang menyenangkan.
Belajar jadi terasa lebih ringan dan kamu lebih termotivasi untuk terus melangkah.
Desember adalah waktu yang tepat untuk merefleksikan perjalanan selama setahun sekaligus merancang masa depan yang lebih baik. Dengan bantuan AI, kamu bisa mewujudkan resolusi belajar dengan cara yang lebih cerdas dan efisien.
Jadi, kalau kamu punya resolusi belajar untuk tahun 2025, jangan biarkan rencana itu terhenti di angan-angan. Manfaatkan teknologi AI sebagai partner belajar yang akan membantumu terus maju.
Apa rencanamu untuk tahun depan? Sudah siap menjadikan AI sebagai sahabat belajar? Mulai sekarang, dan jadikan 2025 sebagai tahun pembelajaran terbaikmu! 🎯🚀
Elon Musk dikenal sebagai seorang entrepreneur sukses melalui berbagai produk inovatif yang diciptakannya. Keberhasilan Musk tercermin dari kesuksesan perusahaan otomotif Tesla dan perusahaan antariksa SpaceX. Selain itu, Musk juga merupakan investor utama yang membeli platform Twitter pada Oktober 2022.
Kesuksesannya bukanlah hasil dari keberuntungan semata, melainkan hasil dari pendekatan berpikir yang dikenal sebagai The First Principle Thinking. Konsep berpikir ini terbukti mampu merevolusi industri otomotif dan antariksa.
The First Principle Thinking
source: pexels.com
The First Principle Thinking merupakan metode berpikir yang memecah masalah menjadi elemen-elemen paling dasar yang tidak dapat dikurangi lagi. Secara umum, konsep ini menuntut kita untuk berpikir dari dasar dan menganalisis segala sesuatu mulai dari nol.
Pendekatan ini membantu kita menemukan akar masalah dengan cara memecahnya hingga elemen terkecil. Lalu terus bertanya “mengapa” sampai kita menemukan inti permasalahan.
Contoh penerapan The First Principle Thinking oleh Elon Musk adalah dalam proses produksi baterai mobil listrik di Tesla. Musk menyadari bahwa biaya produksi baterai sangat mahal, yang berdampak pada tingginya harga jual mobil.
Dengan pendekatan First Principle Thinking, Musk memecah baterai menjadi komponen-komponen mentahnya dan menganalisis fungsi dasar baterai. Ia menemukan bahwa fungsi utama baterai adalah menyimpan daya listrik.
Setelah memahami elemen dasarnya, ia bertanya, “Bagaimana cara membuat produksi baterai lebih murah dan efisien?.” Dari pertanyaan tersebut, ia berhasil menemukan solusi untuk melakukan reengineering sehingga proses pembuatan baterai menjadi jauh lebih efisien.
Pendekatan serupa juga ia terapkan di SpaceX. Musk merancang roket dengan biaya yang jauh lebih rendah dibandingkan perusahaan antariksa lainnya.
Starlink
source: CNBC Indonesia
Selain baterai dan roket, produk inovatif lainnya yang populer adalah Starlink, yang dikembangkan oleh SpaceX untuk mengatasi masalah ketimpangan akses internet di berbagai negara.
Ketimpangan ini disebabkan oleh distribusi jaringan internet yang menggunakan kabel dan menara pemancar yang tidak merata, terutama di daerah terpencil. Starlink hadir dengan solusi yang lebih inovatif, yaitu menggunakan satelit yang mengorbit dekat dengan bumi, sehingga tidak membutuhkan kabel atau menara pemancar untuk mendistribusikan internet.
Dengan teknologi ini, Starlink mampu menyediakan internet cepat di mana saja dan kapan saja. Dengan menerapkan First Principle Thinking dalam menemukan cara baru untuk menghadirkan internet tanpa infrastruktur tradisional.
Benefits
Manfaat penerapan First Principle Thinking sangat signifikan. Dengan memulai dari dasar, kita dapat menciptakan solusi yang lebih inovatif dan original. Metode ini tidak hanya memunculkan ide-ide baru, tetapi juga mempercepat kemajuan teknologi.
Dalam dunia bisnis dan teknologi yang kompetitif, berpikir berdasarkan prinsip pertama memungkinkan kita keluar dari batasan yang ada dan membuka peluang baru yang sebelumnya dianggap mustahil.
Secara keseluruhan, First Principle Thinking memberikan dampak yang komprehensif dalam cara kita memandang dan memecahkan masalah.
Dengan menerapkan metode ini, kita bisa mencapai hasil yang lebih efisien, efektif, dan tentunya inovatif. Seperti yang telah dibuktikan oleh Elon Musk, kesuksesan besar bisa dimulai dari cara berpikir yang sangat mendasar.
Jadi, kalau kamu memiliki sebuah cita-cita untuk merevolusi suatu industri, apa The First Principle Thinking yang kamu pikirkan untuk menciptakan produk inovatif?
Tahun 2024 telah berjalan selama 5 bulan, dengan 7 bulan tersisa untuk berkontribusi positif hingga akhir tahun. Dalam artikel ini, gue akan membagikan beberapa skill fundamental untuk dikuasai di sisa waktu tahun ini.
Media massa telah melaporkan bahwa dunia saat ini sedang mengalami evolusi dalam bidang sains dan teknologi, yang salah satunya tercermin dalam kemunculan artificial intelligence (AI) yang kini menjadi penunjang penting dalam pekerjaan dan pembelajaran kita.
Perkembangan sains dan teknologi diperkirakan akan terus meningkat, terutama dalam aspek positif seperti AI. Menurut laporan McKinsey yang diterbitkan pada tahun 2023, nilai pertumbuhan teknologi AI diperkirakan mencapai 4,4 triliun dolar AS di seluruh industri dunia.
Proyeksi nilai ini diantisipasi akan tercapai dalam waktu relatif singkat, mungkin dalam kurun waktu 5 tahun atau bahkan lebih cepat. Diprediksi pada tahun 2024, sekitar 8,4 miliar perangkat akan menggunakan AI. Dengan asumsi setiap individu memiliki 2 perangkat, maka sekitar 4,2 miliar orang akan memiliki akses ke teknologi AI.
Jumlah pengguna ini akan mengubah secara signifikan cara kita bekerja, belajar, dan menjalani kehidupan sehari-hari. Metode lama akan semakin ditinggalkan, dan salah satu dampak yang paling dirasakan adalah di industri bisnis.
Teknologi AI terus berkembang, mengubah proses-proses yang sebelumnya didukung atau bahkan digantikan oleh AI. Banyak industri telah mengadopsi AI untuk membantu dalam proses bisnis dan pengambilan keputusan.
Sebagai contoh, terdapat konsep strategic intelligence yang melibatkan proses pengambilan keputusan strategis berdasarkan analisis data dari model AI. Data tersebut diolah untuk menghasilkan prediksi dan rekomendasi yang dapat membantu proyeksi masa depan.
Disrupsi AI yang semakin merata, mendorong kita untuk mengadopsinya. Namun, sekadar menggunakan AI tanpa pemahaman fundamental tidaklah cukup. Ada beberapa prinsip fundamental yang harus dipahami untuk memastikan penggunaan AI optimal dan tidak salah.
Jadi, keterampilan apa yang diperlukan untuk menghadapi AI? Mari kita simak sampai akhir artikel ini.
Digital Literacy
source: pexels.com
Digital literacy atau literasi digital adalah kemampuan dasar yang diperlukan untuk berinteraksi dengan teknologi. Ini tidak hanya tentang menggunakan komputer, tetapi juga tentang mencari informasi, membuat konten digital, dan berkomunikasi melalui platform online.
Perkembangan teknologi yang massif mengharuskan setiap orang cakap digital. Kehidupan manusia tidak akan pernah lagi bisa lepas dari jeratan teknologi. Baik dalam bidang pekerjaan maupun kegiatan sosial yang kedepannya akan menjadi technology-driven society.
Technology-driven society adalah kondisi di mana kehidupan sosial manusia akan dikendalikan menggunakan teknologi. Contoh kecilnya adalah tren fashion yang dipromosikan di media sosial berpengaruh terhadap lifestyle banyak orang.
Dilansir dari kompas.id, pada tahun 2022, skor literasi digital Indonesia meningkat sebesar 0.05 poin yaitu menjadi 3.54 dari tahun 2021 senilai 3.49 poin. Peningkatan ini menunjukan bahwa masyarakat Indonesia mengalami peningkatan literasi ketika menggunakan digital tools.
Namun di sisi lain, Indonesia memegang peringkat ke 51 dari 63 negara menurut Institute for Management Development (IMD) dalam World Digital Competitiveness Ranking 2022. Peringkat ini sangat jauh jika kita bandingkan dengan Singapura pada peringkat ke 4 dan Malaysia ke 31 pada tahun 2022.
Menurut artikel pada website law.ui.ac.id yang ditulis oleh salah satu dosen hukum UI, dengan kapabilitas literasi digital yang rendah, masyarakat Indonesia menjadi sangat rentan terpapar oleh berita hoax hingga hate speech.
Terlebih, bahaya cyber crime sulit dihindari oleh mereka yang minim kemampuan literasi. Tercatat pada tahun 2022 terdapat total 164.131 kasus email phishing di Indonesia. Menurut Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN), korban dapat mengalami kerugian hingga 1.4 miliar rupiah.
Tantangan ini menjadi sebuah tugas besar bagi kita semua sebagai masyarakat Indonesia untuk meningkatkan kemampuan literasi digital. Pada era serba digital saat ini, sudah saatnya kita semua sadar bahwa literasi digital menjadi fundamental dalam kehidupan sehari-hari.
3 Aspek Digital Literacy
Menggunakan digital tools untuk membuat produk atau konten digital
Berkomunikasi, berbagi, dan berinteraksi secara daring melalui online media platform
Menjaga keamanan dan berperilaku baik di media online
Menurut cambridge.org, ada tiga aspek literasi digital yang dapat kita pelajari untuk meningkatkan kapabilitas dan kemampuan literasi digital kita. Berikut adalah ketiga aspek agar kita lebih aware dengan literasi digital:
Ketiga aspek di atas, jika digabungkan maka setiap orang akan dapat mengidentifikasi masalah lebih dalam, analisis risiko masalah, dan memiliki citra baik atas perilaku online yang dilakukan.
Berikut contoh jika ketiga aspek tersebut digabungkan berdasarkan cambridge.org:
Contoh Pertama:
Komponen Aktivitas
Identifikasi Solusi
Hasil Literasi
Mengelola dan mencari data digital, konten, dan informasi melalui online media platform
Melakukan record sumber informasi sebagai referensi, menemukan keyword atas informasi yang didapat, dan menggunakan bantuan AI untuk mencari lebih dalam informasi yang diperlukan
Narasi informasi, infografis, cerita, dan format audio-visual. Contoh narasi: “Informasi mengenai mobil listrik didapatkan dari sumber A. Ia menyatakan bahwa…”
Menganalisis dan menilai data, informasi, dan konten dari sumber digital.
Melakukan komparasi antara berita aktual dan hoax, mencari dan membandingkan dua informasi yang membingungkan dan kurang masuk akal, serta menganalisis sumber data, informasi, dan koten.
Narasi informasi, infografis, cerita, dan format audio-visual. Contoh narasi: “Informasi dari sumber A adalah tidak benar karena berdasarkan data dari sumber B, dirasa tidak masuk akal atas informasi tersebut.”
Membandingkan, menilai, dan membuat perspektif atas informasi dari sumber digital.
Melakukan eksplorasi konten informasi dari berbagai sumber. Menyimpan seluruh data dan informasi relevan dari setiap sumber informasi. Melakukan link and match antar sumber. Bertanya terkait keabsahan informasi menggunakan AI.
Narasi informasi, infografis, cerita, dan format audio-visual. Contoh narasi: “Informasi ini adalah hoax. Saya mendapatkannya dari media sosial dengan akun A. Namun, menurut situs berita resmi media B, informasi tersebut adalah salah. Saya menyimpan beberapa data yang relevan dari sumber kredibel terkait kebenaran informasi tersebut.”
Contoh Kedua:
Agar teman-teman pembaca lebih paham penggunaan aspek literasi digital di kehidupan sehari-hari seperti apa, yuk simak contoh yang gue adaptasi.
Komponen Aktivitas
Identifikasi Solusi
Hasil Literasi
Interaksi dan berbagi informasi kepada sesama rekan kerja atau belajar
Memberikan informasi melalui online platform yang sesuai dengan kebutuhan. Mengunggah file ke dalam sistem informasi agar seluruh rekan dapat mengaksesnya secara bersama-sama.
Contoh narasi: “Informasi [artikel, file, konten] sangat relevan dan akan membantu proses penyelesaian proyek kita lebih cepat, tepat, dan efisien biaya.”
Belajar membuat program komputer menggunakan coding
Menggunakan generative AI untuk bertanya coding yang tidak dipahami. Melakukan prompting coding pada tools AI untuk mempercepat proses belajar.
Contoh narasi: “Menurut [Generative AI], coding ini berfungsi ini menampilkan data berbentuk tabel. Sehingga, untuk menghasilkan tabel yang baik, maka coding perlu diimplementasikan dengan struktur data yang baik juga.”
Mencari informasi film tertentu untuk ditonton pekan depan
Mencari informasi melalui website penyedia informasi film. Mencari informasi melalui media sosial. Bertanya langsung kepada generative AI untuk meminta saran film terbaru.
Contoh narasi: “Based on media sosial A, film yang akan dirilis pekan ini adalah Film B. Kemudian, berdasarkan website penyedia film, film tersebut bergenre drama dan komedi.”
Ketiga aspek ini menurut gue pribadi sangat relevan untuk kita pelajari, pahami, dan diterapkan di kehidupan sehari-hari. Mengingat kembali bahwa literasi digital di Indonesia masih perlu peningkatan yang signifikan, ketiga aspek tersebut dapat dipelajari oleh siapapun.
Sejatinya, skill literasi digital saat ini sudah menjadi fundamental ketika kita hendak berinteraksi dengan tools digital, terutama dalam proses belajar.
Bukan hanya persoalan menggunakan teknologi komputer maupun gawai lainnya, literasi digital berperan dalam proses belajar yang lebih terkurasi.
Critical Thinking and AI Literacy
source: pexels.com
Pada tahun 2024, perkembangan AI semakin masif di seluruh dunia, termasuk di Indonesia. Menurut data Statista, diproyeksikan bahwa penetrasi penggunaan AI terus meningkat hingga mencapai 729,1 juta pengguna di seluruh dunia.
Di Indonesia, adopsi AI juga cukup signifikan. Pada tahun 2023, tercatat sebanyak 1,4 miliar kunjungan ke situs AI dari pengguna di Indonesia, menjadikan Indonesia berada di urutan ketiga setelah AS dan India dalam hal pengaksesan AI.
Dewasa ini semakin banyak informasi yang dibuat hanya mengandalkan kemampuan AI. Adapun sebagian artikel di berbagai website penyedia artikel yang meminta AI secara murni untuk menulis artikel.
Tak jarang artikel-artikel tersebut tersematkan data dan informasi krusial yang membutuhkan penilaian benar atau salah. Data dan informasi yang dibuat oleh AI belum diketahui secara pasti kebenarannya.
Sebagian orang mungkin akan langsung percaya dan mengonsumsi informasi tersebut mentah-mentah. Namun, pengecekan kembali data dan informasi sangat diperlukan untuk memastikan secara faktual.
Kemampuan critical thinking sangat diperlukan pada era AI yang sedang secara masif berkembang. Critical thinking diperlukan untuk mengevaluasi informasi yang dibuat oleh AI. Apakah informasi yang dihasilkan menimbulkan bias, ambiguitas, atau tidak relevan terhadap suatu topik tertentu.
Dalam konteks AI, critical thinking yang dimaksud adalah kemampuan seseorang untuk menganalisis output AI. Jika output AI dirasa kurang relevan dan kurang akurat, maka kita menggunakan critical thinking untuk mencari data aktual.
Sejatinya, AI tidak akan pernah bisa menggantikan manusia untuk menghasilkan informasi yang akurat dan sesuai fakta. Proses evaluasi menggunakan critical thinking menjadi fundamental karena banyak AI seperti Chat Gpt yang masih memberikan informasi yang salah.
Dalam artikel yang dipublikasikan oleh Forbes, AI masih sangat rentan terhadap informasi yang tidak benar. Teknologi AI secara basic adalah mesin yang dilatih untuk menuruti perintah pengguna. AI hanya menjalankan perintah dari prompt yang dituliskan.
AI akan melakukan record data untuk self learning dari penggunanya. Menurut Feyaza Khan dalam artikel tersebut, ia menyebutkan bahwa banyak sekali keterlibatan manusia secara langsung pada proses development AI.
Proses development yang sangat krusial adalah bagaimana sebuah AI dapat menghasilkan informasi berkualitas tinggi dengan akurasi yang tinggi. Model AI yang baik sangat bergantung pada penggunaanya karena AI mempelajari pola penggunanya.
Feyaza Khan juga menyampaikan bahwa bagi para pengguna AI terutama penulis dan editor harus sangat kritis terhadap output yang dihasilkan AI. Maka dari itu, kemampuan critical thinking para pengguna harus sangat berkualitas tinggi.
Critical thinking bukan sekadar mengevaluasi hasil AI. Namun, juga mengeksplor potensi yang akhirnya membantu manusia pada proses problem solving. Dengan limitasi AI yang ada sekarang, kemampuan evaluasi informasi menjadi fundamental.
3 Core dari Critical Thinking in AI era
Contextual understanding
Pemahaman secara detail dan mendalam mengenai konteks informasi yang dicari pada AI adalah hal yang krusial. AI memiliki limitasi terhadap hal mendetail terhadap konteks tertentu dan hanya menghasil informasi yang berputar pada jawaban sebelumnya.
Creativity:
Critical thinking memerlukan kreativitas untuk melihat sudut pandang lain yang tidak dihasilkan oleh AI. Terlebih, pemikiran out of the box dari pengguna sangat diperlukan agar output AI lebih luas.
Adaptability
Adaptasi terhadap strategi penalaran berdasarkan informasi dari AI sangat diperlukan. AI secara basic memiliki kemampuan adaptabilitas yang baik terhadap data baru maupun informasi baru yang diajarkan. Namun, AI tidak memiliki fleksibilitas serta adaptasi pemikiran serta pengolahan informasi seperti manusia.
Definisi serta 3 aspek critical thinking yang telah dijelaskan di atas menjadi fundamental di era AI saat ini. Terdapat korelasi antara critical thinking dan AI, lebih tepatnya adalah AI literacy. AI literacy atau literasi secara umum adalah kemampuan penggunaan AI.
AI Literacy
Pada era AI saat ini memahami cara kerja AI bukan lagi sesuatu yang eksklusif, namun sudah menjadi kebutuhan. Pemahaman kemampuan AI dalam menyediakan informasi menjadi sangat krusial. Terlebih ketika kita mengkonsumsi informasi yang di-generate secara langsung menggunakan AI.
AI literacy atau literasi AI sudah menjadi fundamental dalam memahami output informasi yang disediakan AI. Literasi AI berkorelasi dengan critical thinking pada sub sebelumnya.Korelasinya adalah literasi AI membutuhkan critical thinking untuk menilai informasi.
Literasi AI membantu seseorang yang menggunakan AI menjadi lebih kritis dan memiliki asumsi dari sudut pandang yang berbeda. Hal ini disebabkan oleh proses berpikir yang terjadi ketika seseorang mempertanyakan kebenaran informasi.
Dampak dari literasi AI adalah pada proses pengambilan keputusan yang berbasis pada kebenaran informasi. Sebagai contoh, gue mencari informasi mengenai apakah benar jika kita terus belajar, maka neuron di otak kita akan terus menguat.
Informasi yang disajikan AI mungkin belum tentu sepenuhnya benar karena AI hanya merekam dari berbagai sumber. Keperluan kita untuk mengevaluasi kembali adalah bentuk tanggung jawab etis secara tidak langsung.
Jika kalian menggunakan AI untuk tujuan publikasi artikel maupun jurnal atau buku, maka kalian memiliki tanggung jawab etis yang harus dilakukan. AI adalah mesin, AI adalah robot, dan AI tidak memiliki sense untuk mengenali kebenaran informasi.
Literasi AI juga menjadi pendorong bagi kehidupan sosial manusia untuk menavigasi penggunaan teknologi yang baik. Proses pengambilan keputusan yang melibatkan AI akan menjadi lebih etis. Begitupun proses pencarian informasi untuk pengambilan keputusan.
End of Article
Gue selaku penulis artikel ini masih belajar banyak hal terkait skill fundamental digital literacy dan critical thinking and AI literacy. Tidak dapat dipungkiri bahwa penulisan artikel yang kalian baca di-support menggunakan AI.
Gue turut mencantumkan sumber referensi yang sebagian di-generate oleh AI dan sebagian murni hasil mesin pencari.
Terimakasih buat kalian yang sudah membaca artikel ini sampai selesai.
Perkembangan AI yang masif kian memudahkan kita dalam mengerjakan tugas-tugas. Terlebih, tugas yang melibatkan penulisan artikel, essay, karya ilmiah, dan lainnya. Gen-AI seperti ChatGPT menjadi salah satu solusi untuk membantu penyelesaian tugas lebih cepat.
ChatGPT pertama kali diperkenalkan kepada publik pada 30 November 2022 oleh OpenAI. Sejak pertama kali peluncurannya, AI ini meraih 1 juta pengguna hanya dalam waktu 5 hari. Ketenarannya digandrungi di seluruh dunia karena kemampuannya yang menyerupai kemampuan berbahasa manusia pada umumnya.
ChatGPT mampu memahami berbagai bahasa manusia yang dapat digunakan untuk melakukan prompting. Berkat kemampuannya ini, banyak orang yang menggunakannya untuk berbagai hal seperti menulis artikel, mengedit artikel, membuat lelucon, bahkan menjadi teman curhat sekalipun.
Gue pribadi sudah menggunakannya sejak awal tahun 2023 untuk membantu proses penulisan. Sesekali, gue mencoba untuk membuat lelucon bahkan memintanya membuat coding Python untuk keperluan tertentu.
Buat kalian yang baru menggunakan ChatGPT, ada baiknya untuk segera mengeksplorasi lebih banyak tentang AI ini. Berikut adalah manfaat ChatGPT yang menjadikannya AI serbaguna.
Siapa sangka sebuah AI bisa menjadi tutor kita memasak. ChatGPT dengan kemampuan pemahaman bahasa manusia yang mutakhir, dapat memberikan prosedur memasak yang cukup profesional.
Sebagai contoh, pada gambar di bawah ini, ChatGPT diberikan input prompt berbahasa Inggris:
“Take on the role of a professional chef. I want you to teach me how to cook properly and make delicious food. I will cook the best Indonesian food. Recommend me a list of the 5 best Indonesian foods and how to cook them correctly.”
prompt input
Pada prompt tersebut, ChatGPT akan diminta menjadi seorang chef profesional untuk membantu proses memasak makanan terbaik dari Indonesia.
Dengan memintanya untuk mengambil peran sebagai chef, maka output dari prompt tersebut akan lebih akurat dan terinci. Hal ini karena output yang dihasilkan akan fokus bermain peran hanya sebagai chef.
result output
Akan menjadi berbeda jika kita secara langsung meminta ChatGPT untuk memberikan prosedur memasak makanan secara profesional. Output yang dihasilkan akan lebih general dan kemungkinan kurang berfokus pada proses memasak.
Jadi teman ngobrol
ChatGPT bisa menjadi alternatif ketika kalian sedang tidak ada teman ngobrol berbagai topik yang kalian inginkan.
Sebagai contoh, gue minta ChatGPT untuk berdiskusi mengenai teknologi CPU pada smartphone. Tentunya gue minta ChatGPT untuk mengambil peran agar diskusi menjadi lebih terfokus pada topik yang diinginkan.
“I need someone to chat with regarding technological developments in the smartphone industry. I want to discuss CPU technology on smartphones. Let’s discuss”
prompt input
Setelah itu, kalian bisa secara bebas menanyakan apapun perihal topik yang sedang didiskusikan.
result output
Namun, perlu diingat jika kalian menggunakan ChatGPT secara free, akan ada limitasi terhadap data dan perkembangan terkini. Hal ini disebabkan karena ChatGPT free version hanya didukung dengan data sampai Januari 2022.
Jadi asisten mengerjakan tugas
Berkat adanya AI seperti ini, pengerjaan tugas menjadi lebih fleksibel dan mudah. Kita dapat memanfaatkan kecerdasan ChatGPT untuk membantu mengerjakan tugas seperti bertanya, meminta tolong, hingga mencarikan informasi.
Contohnya, gue minta untuk bantu gue menyelesaikan tugas sosiologi. Gue berikan input prompt seperti berikut agar output yang dihasilkan lebih komprehensif.
“Help me in completing my sociology assignment. I was asked to make a mind map of the history of war and its impact on the social sphere. Please give suggestions, what aspects should I make in the mind map?”
prompt input
Dari jawaban yang diberikan tentunya bukan sebuah bentuk mind map. Output yang dihasilkan justru akan memberikan saran mengenai cabang apa saja yang sebaiknya dicantumkan pada mind map tersebut.
result output
Perlu diingat kembali bahwa, ChatGPT dalam konteks ini digunakan untuk membantu memberikan saran dan masukan. Bukan untuk menyelesaikan tugas secara keseluruhan.
Jadi itulah 3 kegunaan ChatGPT, yang merupakan salah satu Gen-AI terkini dengan kemampuan mutakhir. Penggunaan ChatGPT yang tepat akan menghasilkan output yang tepat juga. Gunakan AI ini seperlunya karena tidak semua tugas dapat diselesaikan dengan menggunakannya.
Kurang afdal rasanya jika di awal tahun 2024, kita masih kesulitan belajar. Pada era yang serba dinamis saat ini, dibutuhkan kemampuan belajar yang lebih cepat. Hal ini tentunya agar kita tetap relevan dengan perubahan zaman.
Saat ini siapapun dapat mengakses ilmu pengetahuan apapun dengan mudah berkat dukungan teknologi. Perkembangan teknologi yang pesat memungkinkan hampir semua orang dapat terkoneksi. Termasuk dengan ilmu pengetahuan.
Banyak ilmu pengetahuan secara mudah bisa kita dapatkan. Misalnya melalui mesin pencari, bacaan digital, platform seperti YouTube, dan masih banyak lagi. Kemudahan ini tidak dapat lagi menghalangi kita untuk tidak belajar.
Namun, tetap saja belajar suatu hal memerlukan waktu yang tidak sebentar agar dapat menguasainya. Lalu, bagaimana cara kita agar belajar dengan efektif dan cepat ? Yuk simak cara baru menguasai pengetahuan pada tahun 2024 di artikel ini.
E-course sudah menjadi hal lumrah bagi sebagian besar masyarakat Indonesia. Seringkali e-course diakses untuk menambah skill baru atau memperdalam suatu pengetahuan.
Kelebihan mengakses e-course adalah silabus materi yang terstruktur dengan disediakan practice session. Silabus yang disusun mengikut perkembangan zaman dan seringkali sangat beginner friendly.
Ada banyak sekali platform penyedia layanan e-course yang dapat diakses. Berikut adalah beberapa e-course populer yang dapat diakses dengan sangat mudah.
Udemy adalah sebuah platform penyedia e-course dengan menawarkan topik yang sangat luas. Topik yang tersedia meliputi bisnis, teknologi, keuangan, leadership, design, fotografi, dan masih banyak lagi.
Udemy cocok bagi para student maupun profesional yang ingin upgrade skill dan pengetahuan dari dasar. Hal ini karena Udemy menawarkan materi mendasar terlebih dahulu pada setiap e-course-nya.
Sehingga siapapun yang pertama kali mempelajari suatu materi atau skill, mereka dapat catch up dengan cepat. Tentunya hal seperti ini membuat Udemy menjadi sangat beginner friendly.
Berikut adalah audiens yang sangat cocok untuk menggunakan e-course Udemy:
Individu yang ingin mempelajari keterampilan baru atau meningkatkan minat pribadi mereka
Profesional yang ingin memajukan karir mereka atau meningkatkan kemampuan diri mereka sendiri
Siswa yang ingin mengakses pendidikan berkualitas tinggi, fleksibel, dan mudah diakses
Coursera adalah sebuah e-course yang menawarkan kurikulum pembelajaran dari berbagai universitas di dunia. Topik kursus yang disediakan meliputi bisnis, teknologi, maupun pembelajaran bahasa dan lainnya.
Coursera sangat cocok bagi Anda yang menginginkan materi belajar kualitas tinggi, fleksibilitas, dan pendidikan yang mudah diakses. E-crouse seperti ini memiliki biaya yang lebih tinggi karena materi secara langsung dibuat oleh universitas terkait.
Sehingga audiens yang sangat cocok untuk menggunakan desain pembelajaran Coursera adalah berikut ini:
Profesional yang ingin memajukan karir mereka atau mempelajari keterampilan baru.
Siswa yang ingin mendapatkan gelar atau sertifikat dari universitas terkemuka.
Organisasi yang bertujuan untuk meningkatkan keterampilan tenaga kerja mereka.
E-courseedX didirikan oleh Harvard University dan Massachusetts Institute of Technology (MIT) pada 2012 silam. edX menyediakan berbagai topik e-course yang relevan dengan perkembangan zaman seperti humaniora, sains, teknologi, bisnis, dan lainnya.
Platform ini menargetkan beragam pelajar, termasuk mereka yang berada di pendidikan tinggi, teknologi dan layanan informasi, perangkat lunak komputer, manajemen pendidikan, dan e-learning.
Berikut adalah para pembelajar yang ditarget oleh edX:
Individu yang ingin memajukan karirnya dengan mempelajari keterampilan baru atau memperluas pengetahuannya di berbagai bidang
Siswa yang ingin mengakses pendidikan berkualitas tinggi dimanapun lokasinya
Profesional di berbagai industri, seperti desainer instruksional, yang ingin mempelajari teknologi pendidikan untuk membuat kursus online yang menarik dan menerapkan aktivitas interaktif.
Gunakan Bantuan AI Tools
Perkembangan AI yang masif dewasa ini menciptakan cara baru untuk belajar. Sebelumnya, para pelajar harus mencatat secara manual, mencari partner belajar untuk diskusi, bahkan mencari materi yang sulit ditemukan.
Seluruh kendala tersebut dapat diselesaikan dengan bantuan AI sebagai asisten virtual kita. Kita bisa menjadikannya sebagai partner brainstorming, diskusi, tanya jawab, bahkan mengkritisi pemikiran kita.
Berikut adalah AI tools yang dapat digunakan agar proses belajar kita lebih efektif, kritis, dan komprehensif.
ChatGPT merupakan sebuah open source AI berbasis teks yang dapat kita gunakan untuk proses tanya-jawab. Kemampuan AI ini tidak perlu diragukan lagi. Bahkan sebagian orang menggunakan ChatGPT untuk membantu pekerjaan mereka.
ChatGPT menjadi top tier AI untuk membantu proses belajar lebih efektif. Kita bisa meminta chatGPT menjadi seorang guru subject tertentu. Kemudian, setelah take a role sebagai guru, kita bisa memintanya untuk menjelaskan sebuah topik yang sulit dipahami.
Kendati demikian, chatGPT akan lebih powerful jika kita secara tepat dapat memerintahkannya dengan prompt yang sesuai. Berikut adalah beberapa contoh prompt yang dapat digunakan:
Menjadi partner brainstorming
“Can you help me brainstorm some ideas for [specific topic or project]?”
“I’m looking for a partner to collaborate with on [specific project or initiative]. Would you be interested in brainstorming together?”
Diskusi sebuah topik
“What are some recent advancements in [specific technology or scientific field]?”
“Can you explain [specific technology or scientific concept] in simple terms?”
Menjelaskan materi yang kompleks
“Can you break down [specific concept or topic] into simpler terms?”
“I’m having trouble understanding [specific concept or topic]. Can you explain it to me in a simpler way?”
Contoh tersebut jika kalian menggunakannya dalam bahasa inggris. Namun tenang saja, chatGPT mampu melakukan hal serupa dengan bahasa Indonesia seperti berikut:
Layaknya chatGPT, Perplexity AI merupakan open source AI yang berfungsi sama persis seperti search engine. Bedanya, Perplexity AI menyajikan informasi yang lebih detail dari hasil pencarian kita.
Sebagai contoh, pencarian seperti “what is the best AI for learning new things ?” bisa mendapatkan jawaban yang lebih detail. Berikut contoh hasil pencariannya:
Contoh prompt Perplexity AI
Meskipun begitu, Perplexity AI dapat juga digunakan untuk mencari referensi yang lebih komprehensif karena kita dapat filterisasi referensi dalam bentuk apapun. Referensi yang disediakan antara lain dari akademik atau jurnal, artikel blog, YouTube, dan lainnya.
Tidak ada prompt khusus untuk memberikan output yang lebih powerful pada Perplexity AI. Namun, akan lebih baik jika kalian memberikan search input dengan jelas, tidak ambigu, dan menggunakan tutur kalimat yang baik.
Platform AI ini akan sangat membantu jika kalian kebingungan terhadap suatu materi dari sebuah e-book. AI ini dapat menganalisis seluruh isi file yang kita jadikan sebagai input diskusi.
Secara tidak langsung, Ask Your Pdf merespon input yang diberikan sebagai bahan diskusi. Kalian dapat bertanya apapun dan AI ini akan menjawabnya berdasarkan input dari pdf.
Hebatnya, AI ini dapat menunjukan pada page berapa topik tersebut didiskusikan. Agar mendapat ilustrasi lebih jelas, dapat kita perhatikan pada gambar berikut:
Contoh input file pdf askyourpdf
Ask Your Pdf dapat menganalisis sampai 100 pages pdf dengan subscription gratis. Akan lebih menguntungkan jika kalian menggunakan versi pro karena didukung dengan unlimited page input.
Jadi itulah cara kreatif yang bisa kalian lakukan pada tahun 2024. Pemanfaatan AI bukan lagi sebuah opsi, namun sudah menjadi kewajiban. Hal ini akan mendukung proses belajar yang lebih cepat dan efektif. Thanks for reading!