April 2025

Sentimen Publik terhadap AI: Optimis, Khawatir, atau Masih Ragu?

Berbagai reviewer teknologi membahas performa DeepSeek sebagai pesaing baru dalam ekosistem generative AI. Sebagian dari mereka memberi respons positif terhadap kehadiran AI ini. Namun, sambutan positif tersebut lebih ditujukan pada DeepSeek sebagai alat bantu baru, bukan pada keseluruhan ekosistem AI.

Mengapa demikian? Karena sejauh ini, generative AI belum menimbulkan ancaman serius terhadap manusia dalam waktu dekat.

Ancaman Sebenarnya Justru Datang dari Teknologi AI Lainnya

Berbeda dengan generative AI, teknologi seperti robotika, mesin otomatis (automation machine), dan RPA (robotic process automation) justru dianggap lebih berpotensi menggantikan tenaga manusia. Misalnya saja mesin scan otomatis di kasir swalayan, yang kini mulai banyak digunakan untuk menggantikan pekerjaan kasir manusia.

Bahkan pekerjaan yang lebih kompleks seperti marketing pun mulai tersentuh. Proses seperti pembuatan konten kini bisa dikerjakan dengan bantuan AI agent, membuat alur kerja lebih cepat dan efisien—tapi juga memunculkan kekhawatiran tentang peran manusia di masa depan.

Bagaimana Publik Merespons AI?

Dari hasil analisis sentimen publik pada komentar di tiga video YouTube TED yang membahas AI, didapatkan tiga kelompok respons utama:

42% Publik Optimis terhadap AI

Sebagian besar komentar menunjukkan sikap positif terhadap kehadiran AI. Mereka percaya bahwa AI akan membantu manusia bekerja lebih cepat, lebih efisien, dan lebih cerdas. Banyak yang merasa AI justru menjadi peluang untuk hidup lebih baik, bukan ancaman.

Contohnya, AI digunakan untuk prediksi, otomatisasi kerja, hingga membantu menghasilkan ide dan konten yang lebih optimal. Publik juga melihat AI sebagai alat bantu untuk meningkatkan produktivitas dan potensi penghasilan.

40% Publik Merasa Khawatir

Meski banyak sentimen publik yang optimis, tidak sedikit juga yang mengkhawatirkan kehadiran AI. Kekhawatiran terbesar terletak pada potensi kehilangan pekerjaan, karena semakin banyak tugas yang bisa diambil alih oleh mesin.

Contohnya, pekerjaan kasir yang mulai berkurang karena sudah bisa digantikan oleh sistem self-service. Bahkan sektor retail pun kini mulai menerapkan otomatisasi seperti di dunia manufaktur. Banyak yang bertanya-tanya, “Apakah pekerjaan saya juga akan digantikan AI?”

17% Publik Masih Bersikap Konservatif

Sebagian kecil lainnya memilih untuk menunggu dan melihat. Mereka tidak terlalu optimis, tapi juga belum merasa khawatir. Menurut mereka, masih terlalu dini untuk menyimpulkan bagaimana AI akan berkembang dalam lima tahun ke depan.

Beberapa dari mereka percaya bahwa tidak semua sektor bisa digantikan oleh AI. Contohnya, profesi seperti guru, yang tidak hanya mengandalkan logika tapi juga interaksi emosional, empati, dan intuisi—sesuatu yang belum bisa digantikan oleh mesin.

Kesimpulannya, tidak semua orang memandang AI sebagai keniscayaan yang sepenuhnya positif. Ada yang melihatnya sebagai peluang besar, ada pula yang menilai sebagai ancaman nyata. Dan sebagian lainnya memilih untuk tetap netral—menunggu bukti nyata dari dampak jangka panjangnya.

Sekarang, pertanyaannya:

Bagaimana dengan kamu? Apakah kamu percaya bahwa AI akan menggantikan manusia? Atau justru kamu yakin bahwa manusia dan AI akan berjalan berdampingan?

Yuk, share pandanganmu!

Terima kasih sudah membaca.

Data and Video Sources:

Sentimen Publik terhadap AI: Optimis, Khawatir, atau Masih Ragu? Read More »

3 Kanal YouTube yang Mengubah Mindset Gue!

Di era digital seperti sekarang, belajar tidak lagi harus lewat buku tebal atau kelas formal. Platform seperti YouTube jadi alternatif belajar yang gratis, fleksibel, dan pastinya seru karena dibalut dalam format audio-visual yang menarik. TIdak heran, banyak dari kita yang lebih memilih menonton YouTube dibanding baca artikel panjang atau e-book yang bikin ngantuk.

Salah satu format konten yang paling digemari Gen Z di YouTube adalah podcast—obrolan santai tapi mendalam yang biasanya dibawakan oleh dua orang atau lebih. Topiknya bisa apa aja, dari yang ringan sampai yang bisa mind-blowing dan mengubah cara kita ngeliat dunia.

Nah, ini dia 3 kanal YouTube yang bener-bener mengubah cara pikir gue. Kalau lo pengen upgrade mindset, wajib banget cek yang satu ini:

Kalau lo penasaran sama topik-topik seputar pendidikan, sosial, dan masa depan Indonesia, kanal Gita Wirjawan ini kayak harta karun. Melalui podcast-nya, “Endgame”, Pak Gita sering ngobrol bareng tokoh-tokoh keren dari berbagai bidang. Dari obrolan itu, kita jadi bisa lihat masalah dari sudut pandang yang lebih luas dan kritis.

Kanal ini cocok banget buat lo yang tertarik sama inovasi, bisnis, dan strategi menghadapi perubahan zaman. Dr. Indrawan membahas berbagai kasus nyata dalam dunia bisnis dan bagaimana kita bisa tetap relevan di tengah disrupsi.

Dosen, penulis, sekaligus praktisi bisnis ini punya gaya penyampaian yang sederhana tapi ngena. Di kanal YouTube-nya, Pak Rhenald bahas berbagai isu sosial, politik, dan bisnis, tapi dengan cara yang mudah dipahami. Banyak hal yang awalnya gue anggap remeh, ternyata punya dampak besar secara sosial dan ekonomi.

Itu dia 3 kanal YouTube yang sukses mengubah mindset gue. Semua kontennya bisa lo akses secara gratis dan bisa jadi teman belajar kapanpun dan dimanapun. Dengan konsumsi konten yang tepat, YouTube bisa jadi sarana edukasi yang powerful banget.

Jadi, daripada nonton konten yang gitu-gitu aja, coba sesekali klik video yang bisa menambah perspektif lo tentang dunia. Siapa tahu, dari situ lo nemuin jalan baru buat berkembang dan bertumbuh.

Yuk, ubah cara pikir—mulai dari satu video hari ini. 😉

3 Kanal YouTube yang Mengubah Mindset Gue! Read More »

Scroll to Top