Yudinda Gilang Pramudya

Menguak Ketidaksukaan Belajar: Ketika Textbook Gagal Menginspirasi

May 23, 2024 | by YudindaGilangPramudya

pexels-julia-m-cameron-4144923

Pentingnya belajar berkaitan erat dengan perspektif seseorang terhadap pendidikan. Banyak dari kita menganggap belajar hanya dilakukan di sekolah formal, dengan seragam sekolah, duduk di kelas, membaca buku teks, menghitung, dan mengikuti ujian.

Metode pembelajaran ini sering kali membuat banyak siswa merasa kurang menyukai belajar. Oleh karena itu, penting untuk memahami alasan di balik ketidaknyamanan ini agar kita dapat meningkatkan pengalaman pendidikan.

Sistem pendidikan sering menuntut kita untuk menentukan jawaban benar di antara pilihan salah saat ujian. Hasil ujian kemudian diukur dengan angka pasti, seolah merepresentasikan kebenaran yang kita sampaikan. Angka ini sering dikagumi, diperjuangkan, bahkan dipuja-puja. 

Namun, hasil non-angka sering diabaikan. Seolah-olah, angka ini merepresentasikan seberapa malas atau rajin kita belajar. Padahal, hasil ujian tidak dapat merepresentasikan semangat belajar seseorang.

Misalnya, seseorang yang tidak menyukai matematika cenderung mendapatkan nilai rendah dibandingkan mereka yang menyukainya. Begitu pula bagi mereka yang menyukai sains, peluang meraih nilai tinggi lebih besar dibandingkan yang tidak menyukai sains.

Rasa suka belajar

Dalam konteks suka atau tidak suka belajar, nilai ujian atau grade tertentu tidak dapat merepresentasikan perasaan tersebut. Rasa suka atau tidak suka didasarkan pada motivasi di balik keinginan mempelajari sesuatu.

Contohnya, saya mungkin mendapatkan nilai rendah dalam mata pelajaran sejarah karena saya tidak membutuhkannya untuk masa depan saya. Namun, saya mendapatkan nilai tinggi pada mata pelajaran matematika dan sains karena saya sangat membutuhkannya.

Pada konteks ini, saya tidak menyukai sejarah karena merasa hanya menghabiskan waktu untuk sesuatu yang tidak saya butuhkan. Sebaliknya, saya akan meluangkan banyak waktu untuk sesuatu yang saya butuhkan, seperti matematika dan sains.

Saya akan merasa malas belajar sejarah karena tidak relevan untuk masa depan saya. Sebaliknya, saya akan bersemangat belajar matematika dan sains karena sangat penting bagi masa depan saya.

Rasa malas belajar

Sebagian siswa memilih bekerja untuk mendapatkan uang. Mereka tergoda oleh nominal pada kertas bernilai uang, tetapi tidak tertarik pada kertas berisi teks panjang.

Ironi selanjutnya adalah rendahnya minat baca masyarakat Indonesia yang hanya sebesar 0,001 persen. Artinya, hanya ada 1 orang yang membaca teks panjang di antara 1000 orang. Ini mengenaskan mengingat teks panjang adalah sumber ilmu dan informasi yang lebih komprehensif.

Saya berpikir hal ini disebabkan oleh metode ajar di sekolah zaman dahulu yang mengedepankan textbook sebagai bahan ajar utama. Meskipun metode ini tidak salah, seharusnya bisa dikombinasikan dengan metode lain.

Bagi saya, belajar dari textbook terasa hambar tanpa interaksi langsung dengan materi ajar. Meski textbook merupakan sumber terpercaya untuk informasi, pengalaman belajar akan lebih hidup dengan metode lain yang lebih interaktif.

Textbook memang merupakan sumber utama belajar, namun sulit untuk menularkan inspirasi kepada pembacanya tanpa adanya pengalaman yang lebih dari sekadar membaca buku.

created by bing image creator
prompt: Animation of a woman studying in a very cozy coffee shop.

Sudut pandang tentang belajar

Sudut pandang setiap orang terhadap belajar sangat beragam. Ada yang memandangnya sebagai kebutuhan, sebagai bersenang-senang, atau bahkan sesuatu yang sangat menyulitkan hidup.

Belajar sebagai kebutuhan

Bagi sebagian orang, belajar adalah kebutuhan untuk mencapai tujuan atau cita-cita. Tujuan ini bukan hanya produk akhir yang didapatkan, tetapi juga hasil dari proses belajar itu sendiri.

Sebagai contoh, saya belajar coding untuk mengasah logical thinking. Output yang saya harapkan adalah kemampuan berpikir logis yang tajam karena saya lihai membuat kode.

Saya belajar coding bukan untuk menjadi seorang programmer, tetapi untuk mendapatkan manfaat dari proses belajarnya. Terkadang, kita sering lupa menghargai hasil dari proses belajar itu sendiri.

Kebanyakan dari kita selalu melihat tujuan akhir atau output sebagai produk jadi. Padahal, produk akhir dihasilkan dari proses yang membutuhkan lebih dari sekadar ilmu.

Contoh lainnya, jika seseorang ingin menjadi programmer, ia perlu belajar coding dan memiliki logical thinking yang tajam. Logical thinking yang tajam tidak hanya berguna untuk membuat kode, tetapi juga dapat diterapkan dalam berbagai bidang.

Logical thinking adalah hasil dari proses belajar coding. Kemampuan membuat kode yang baik adalah hasil dari logical thinking yang tajam. Banyak dari kita mengeluh saat menjalani prosesnya, padahal hasil dari proses itulah yang sebenarnya kita butuhkan.

Belajar sebagai proses

    Mereka yang memandang bahwa belajar adalah proses biasanya tidak berorientasi pada hasil akhir. Mereka menikmati proses belajar sebagai kebutuhan untuk mencapai tujuan akhir.

    Jika dianalogikan, kita perlu menikmati proses mengendarai mobil untuk sampai ke kota tujuan. Dalam proses belajar, kita mendapatkan pengalaman untuk menjadi lebih profesional dalam bidang yang kita pelajari.

    Belajar sebagai proses merupakan dinamika untuk mendapatkan keterampilan baru, pengalaman baru, dan sudut pandang baru terhadap suatu ilmu. Ada hikmah di balik proses yang kita lalui ketika belajar.

    Proses belajar membantu kita menstimulasi adaptabilitas, rasa ingin tahu, dan kemampuan pemecahan masalah. Belajar membuat kita lebih fleksibel terhadap perubahan.

    Seolah otak kita sudah tersetting untuk menangkap informasi secara cepat. Kognitif kita yang semula menganut “slow living” berubah menjadi “ambisius”. Fungsi kognitif kita akan selalu berjalan karena proses belajar yang banyak dilalui.

    Selain itu, belajar mampu menumbuhkan kreativitas. Kreativitas muncul ketika kita dihadapkan dengan tantangan rumit yang membutuhkan pemecahan masalah kompleks.

    Kreativitas yang tumbuh menjadi bahan bakar bagi kita untuk menjadi pembelajar seumur hidup. Seperti halnya hidup, lifelong learning adalah petualangan untuk mengeksplorasi dunia lebih jauh, luas, dan lebih dalam.

    Belajar sebagai lingkungan pendukung

      Belajar tidak hanya terbatas pada kelas formal yang disediakan oleh pemerintah atau swasta. Proses belajar dapat dilakukan dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk memperdalam hobi yang kita minati.

      Dengan definisi yang lebih luas ini, individu dapat menyadari bahwa belajar adalah bagian alami dari kehidupan dan tidak terbatas pada sekolah.

      Pengakuan ini membantu menghilangkan stigma bahwa belajar adalah aktivitas yang membosankan atau mengintimidasi. Sebaliknya, ini mendorong setiap orang untuk melihat setiap momen sebagai kesempatan untuk memperoleh pengetahuan dan keterampilan baru.

      Hal ini juga memperluas wawasan bahwa setiap pengalaman hidup dapat menjadi sumber belajar yang berharga. Pengalaman ini memperkaya pengetahuan dan membangun kemampuan yang relevan untuk berbagai aspek kehidupan.

      Sumber inspirasi belajar

      Saat ini banyak sekali sumber inspirasi belajar bagi setiap orang. Jika di sekolah kita belajar melalui bacaan textbook panjang yang diberikan, maka tidak berlaku untuk era digital saat ini. Sumber-sumber konvensional seperti textbook sudah sulit untuk membuat seseorang “suka” belajar.

      Ada beberapa sumber non-konvensional yang justru banyak diminati oleh orang-orang saat ini. Berikut adalah beberapa sumber inspirasi untuk belajar ketika textbook sudah tidak lagi menginspirasi.

      Podcast and audiobooks

        Mendengarkan ahli, pendongeng, dan para penggemar berbagi pengetahuan mereka melalui podcast dan buku audio menjadi salah satu cara populer untuk belajar. Podcast menyajikan berbagai topik seperti teknologi, seni, sains, cerita, bahkan self improvement yang dipaparkan oleh para ahli.

        Ahli di bidangnya membagikan wawasan mendalam dan analisis tajam yang sulit ditemukan di sumber lain. Sementara pendongeng dan penggemar menghadirkan cerita-cerita menarik yang tidak hanya menghibur tetapi juga mengedukasi. 

        Podcast juga sering menghadirkan diskusi dan wawancara dengan berbagai narasumber. Mereka memberikan perspektif beragam yang memperkaya pemahaman pendengar.

        Tak jarang, podcast terkenal menghadirkan role model yang populer sehingga mampu memberikan inspirasi lebih kepada para pendengarnya. Hal ini dapat memperkuat exposure untuk meraih keberhasilan menjadi lebih besar.

        Saat ini, podcast dapat diakses dengan mudah hanya bermodalkan ponsel dan koneksi internet. Hal ini membuka peluang belajar yang tak terbatas, membantu setiap individu mencari inspirasi keterampilan baru, memperluas wawasan, dan tetap up-to-date dengan perkembangan terkini di berbagai bidang.

        TED Talks dan online course

          TED Talks adalah sumber inspirasi bagi siapa saja yang ingin termotivasi untuk belajar. Setiap sesi TED Talks menampilkan pembicara-pembicara penuh gairah yang membahas berbagai topik, mulai dari ilmu pengetahuan, teknologi, seni, hingga isu-isu sosial. 

          Dengan durasi yang singkat namun mendalam, TED Talks dapat memunculkan ide-ide baru dan perspektif yang segar. Pembicara yang dihadirkan adalah para ahli dibidangnya yang bercerita mengenai pengalaman dan pengetahuan mereka.

          Melalui TED Talks, setiap orang dapat menemukan sudut pandang baru yang dapat mengubah cara mereka memandang dunia dan mendorong semangat belajar yang terus menyala.

          Selain dari TED Talks, sesi webinar daring juga dapat menginspirasi seseorang agar mau belajar. Webinar memberikan kita akses belajar dari para pakar industri maupun akademisi berpengalaman.

          Keunggulan webinar daring adalah para audiens dapat berinteraksi secara langsung bahkan face to face dengan pembicara. Hal ini membuka peluang luas untuk bertanya segala hal yang berkaitan dengan background ilmu dari pembicara.

          Kedua media inspirasi ini jika kita gabungkan akan menjadi sebuah strategi yang kuat untuk memacu diri belajar lebih semangat. Saya pribadi lebih suka mencari inspirasi dari TED Talks karena dapat diakses kapanpun dan di manapun.

          Terlebih, tokoh yang dihadirkan sangat bervariasi dari berbagai latar belakang, negara, maupun industri. Mereka memiliki perspektif yang out of the box namun sangat relate dengan keadaan dunia saat ini.

          Percakapan dan networking

            Berpartisipasi dalam diskusi dengan orang-orang dari berbagai latar belakang adalah sumber inspirasi yang menarik untuk belajar. Setiap individu memiliki pengetahuan dan pengalaman unik yang bisa mereka bagikan. 

            Perspektif mereka yang berbeda-beda membuat kita berpikir dan memperdalam mengenai apa yang mereka diskusikan. Perspektif baru ini bisa saja membuat kalian merasa tertarik untuk mendalami suatu hal.

            Percakapan ini dapat berlangsung secara daring ataupun melalui community tertentu. Begitupun dengan menghadiri sebuah workshop, meetup, atau forum menjadi media inspirasi bagi kita untuk diskusi suatu hal.

            Keterlibatan kita dalam suatu community memberikan dukungan sosial untuk terus mengembangkan diri. Melalui kolaborasi dan berbagi pengetahuan, kita dapat membangun jaringan yang bermanfaat bagi perkembangan pribadi dan profesional.

            Media percakapan dan networking mungkin sudah terdengar umum bagi sebagian orang. Namun, kedua media inilah yang cukup efektif untuk menumbuhkan curiosity kita untuk memperdalam suatu wawasan.

            Melalui interaksi ini, kita tidak hanya memperkaya pengetahuan tetapi juga membangun hubungan yang dapat membuka jalan menuju peluang baru. Belajar menjadi proses yang dinamis dan menyenangkan, didorong oleh inspirasi yang kita temukan dalam setiap percakapan dan koneksi yang kita bangun.

            Closing

            Belajar bukanlah hal menakutkan seperti apa yang kita bayangkan. Belajar merupakan sebuah petualangan hidup yang tiada henti. Kita mungkin akan berhenti belajar di sekolah formal, namun tidak dalam kehidupan.

            Setiap langkah kaki kita pasti mengajarkan kita pelajaran. Baik secara langsung maupun tidak langsung, secara sadar maupun tidak sadar. Kurang etis rasanya jika kita mengatakan tidak ingin lagi belajar.

            Pada hakikatnya belajar bukan hanya duduk, menghitung, dan ujian. Itu hanya terjadi pada institusi formal dan informal yang memang dirancang menguji seseorang. Berbeda halnya dengan belajar sesungguhnya dalam kehidupan kita.

            Suka atau tidak suka kita pasti akan belajar. Mau atau tidak mau kita pasti akan belajar. Butuh atau tidak butuh kita pasti akan belajar.

            Mungkin sumber inspirasi kita untuk belajar bukan dari sebuah textbook panjang lagi. Media digital yang menunjang interaksi lebih banyak akan cenderung lebih menginspirasi kita. Terlebih, media tersebut sudah tertanam dalam batin kita ketika butuh inspirasi belajar.

            Apa opini kalian mengenai belajar? Apakah kemauan belajar didasari atas suka-tidak atau butuh-tidak butuh? Lalu, dari mana inspirasi belajar kalian dan siapa role model yang sangat menginspirasi kalian untuk terus belajar?

            Let me know guys…

            Thanks….

            References

            RELATED POSTS

            View all

            view all