Tahun 2024 telah berjalan selama 5 bulan, dengan 7 bulan tersisa untuk berkontribusi positif hingga akhir tahun. Dalam artikel ini, gue akan membagikan beberapa skill fundamental untuk dikuasai di sisa waktu tahun ini.
Media massa telah melaporkan bahwa dunia saat ini sedang mengalami evolusi dalam bidang sains dan teknologi, yang salah satunya tercermin dalam kemunculan artificial intelligence (AI) yang kini menjadi penunjang penting dalam pekerjaan dan pembelajaran kita.
Perkembangan sains dan teknologi diperkirakan akan terus meningkat, terutama dalam aspek positif seperti AI. Menurut laporan McKinsey yang diterbitkan pada tahun 2023, nilai pertumbuhan teknologi AI diperkirakan mencapai 4,4 triliun dolar AS di seluruh industri dunia.
Proyeksi nilai ini diantisipasi akan tercapai dalam waktu relatif singkat, mungkin dalam kurun waktu 5 tahun atau bahkan lebih cepat. Diprediksi pada tahun 2024, sekitar 8,4 miliar perangkat akan menggunakan AI. Dengan asumsi setiap individu memiliki 2 perangkat, maka sekitar 4,2 miliar orang akan memiliki akses ke teknologi AI.
Jumlah pengguna ini akan mengubah secara signifikan cara kita bekerja, belajar, dan menjalani kehidupan sehari-hari. Metode lama akan semakin ditinggalkan, dan salah satu dampak yang paling dirasakan adalah di industri bisnis.
Teknologi AI terus berkembang, mengubah proses-proses yang sebelumnya didukung atau bahkan digantikan oleh AI. Banyak industri telah mengadopsi AI untuk membantu dalam proses bisnis dan pengambilan keputusan.
Sebagai contoh, terdapat konsep strategic intelligence yang melibatkan proses pengambilan keputusan strategis berdasarkan analisis data dari model AI. Data tersebut diolah untuk menghasilkan prediksi dan rekomendasi yang dapat membantu proyeksi masa depan.
Disrupsi AI yang semakin merata, mendorong kita untuk mengadopsinya. Namun, sekadar menggunakan AI tanpa pemahaman fundamental tidaklah cukup. Ada beberapa prinsip fundamental yang harus dipahami untuk memastikan penggunaan AI optimal dan tidak salah.
Jadi, keterampilan apa yang diperlukan untuk menghadapi AI? Mari kita simak sampai akhir artikel ini.
Digital Literacy
Digital literacy atau literasi digital adalah kemampuan dasar yang diperlukan untuk berinteraksi dengan teknologi. Ini tidak hanya tentang menggunakan komputer, tetapi juga tentang mencari informasi, membuat konten digital, dan berkomunikasi melalui platform online.
Perkembangan teknologi yang massif mengharuskan setiap orang cakap digital. Kehidupan manusia tidak akan pernah lagi bisa lepas dari jeratan teknologi. Baik dalam bidang pekerjaan maupun kegiatan sosial yang kedepannya akan menjadi technology-driven society.
Technology-driven society adalah kondisi di mana kehidupan sosial manusia akan dikendalikan menggunakan teknologi. Contoh kecilnya adalah tren fashion yang dipromosikan di media sosial berpengaruh terhadap lifestyle banyak orang.
Dilansir dari kompas.id, pada tahun 2022, skor literasi digital Indonesia meningkat sebesar 0.05 poin yaitu menjadi 3.54 dari tahun 2021 senilai 3.49 poin. Peningkatan ini menunjukan bahwa masyarakat Indonesia mengalami peningkatan literasi ketika menggunakan digital tools.
Namun di sisi lain, Indonesia memegang peringkat ke 51 dari 63 negara menurut Institute for Management Development (IMD) dalam World Digital Competitiveness Ranking 2022. Peringkat ini sangat jauh jika kita bandingkan dengan Singapura pada peringkat ke 4 dan Malaysia ke 31 pada tahun 2022.
Menurut artikel pada website law.ui.ac.id yang ditulis oleh salah satu dosen hukum UI, dengan kapabilitas literasi digital yang rendah, masyarakat Indonesia menjadi sangat rentan terpapar oleh berita hoax hingga hate speech.
Terlebih, bahaya cyber crime sulit dihindari oleh mereka yang minim kemampuan literasi. Tercatat pada tahun 2022 terdapat total 164.131 kasus email phishing di Indonesia. Menurut Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN), korban dapat mengalami kerugian hingga 1.4 miliar rupiah.
Tantangan ini menjadi sebuah tugas besar bagi kita semua sebagai masyarakat Indonesia untuk meningkatkan kemampuan literasi digital. Pada era serba digital saat ini, sudah saatnya kita semua sadar bahwa literasi digital menjadi fundamental dalam kehidupan sehari-hari.
3 Aspek Digital Literacy
- Menggunakan digital tools untuk membuat produk atau konten digital
- Berkomunikasi, berbagi, dan berinteraksi secara daring melalui online media platform
- Menjaga keamanan dan berperilaku baik di media online
Menurut cambridge.org, ada tiga aspek literasi digital yang dapat kita pelajari untuk meningkatkan kapabilitas dan kemampuan literasi digital kita. Berikut adalah ketiga aspek agar kita lebih aware dengan literasi digital:
Ketiga aspek di atas, jika digabungkan maka setiap orang akan dapat mengidentifikasi masalah lebih dalam, analisis risiko masalah, dan memiliki citra baik atas perilaku online yang dilakukan.
Berikut contoh jika ketiga aspek tersebut digabungkan berdasarkan cambridge.org:
Contoh Pertama:
Komponen Aktivitas | Identifikasi Solusi | Hasil Literasi |
Mengelola dan mencari data digital, konten, dan informasi melalui online media platform | Melakukan record sumber informasi sebagai referensi, menemukan keyword atas informasi yang didapat, dan menggunakan bantuan AI untuk mencari lebih dalam informasi yang diperlukan | Narasi informasi, infografis, cerita, dan format audio-visual. Contoh narasi: “Informasi mengenai mobil listrik didapatkan dari sumber A. Ia menyatakan bahwa…” |
Menganalisis dan menilai data, informasi, dan konten dari sumber digital. | Melakukan komparasi antara berita aktual dan hoax, mencari dan membandingkan dua informasi yang membingungkan dan kurang masuk akal, serta menganalisis sumber data, informasi, dan koten. | Narasi informasi, infografis, cerita, dan format audio-visual. Contoh narasi: “Informasi dari sumber A adalah tidak benar karena berdasarkan data dari sumber B, dirasa tidak masuk akal atas informasi tersebut.” |
Membandingkan, menilai, dan membuat perspektif atas informasi dari sumber digital. | Melakukan eksplorasi konten informasi dari berbagai sumber. Menyimpan seluruh data dan informasi relevan dari setiap sumber informasi. Melakukan link and match antar sumber. Bertanya terkait keabsahan informasi menggunakan AI. | Narasi informasi, infografis, cerita, dan format audio-visual. Contoh narasi: “Informasi ini adalah hoax. Saya mendapatkannya dari media sosial dengan akun A. Namun, menurut situs berita resmi media B, informasi tersebut adalah salah. Saya menyimpan beberapa data yang relevan dari sumber kredibel terkait kebenaran informasi tersebut.” |
Contoh Kedua:
Agar teman-teman pembaca lebih paham penggunaan aspek literasi digital di kehidupan sehari-hari seperti apa, yuk simak contoh yang gue adaptasi.
Komponen Aktivitas | Identifikasi Solusi | Hasil Literasi |
Interaksi dan berbagi informasi kepada sesama rekan kerja atau belajar | Memberikan informasi melalui online platform yang sesuai dengan kebutuhan. Mengunggah file ke dalam sistem informasi agar seluruh rekan dapat mengaksesnya secara bersama-sama. | Contoh narasi: “Informasi [artikel, file, konten] sangat relevan dan akan membantu proses penyelesaian proyek kita lebih cepat, tepat, dan efisien biaya.” |
Belajar membuat program komputer menggunakan coding | Menggunakan generative AI untuk bertanya coding yang tidak dipahami. Melakukan prompting coding pada tools AI untuk mempercepat proses belajar. | Contoh narasi: “Menurut [Generative AI], coding ini berfungsi ini menampilkan data berbentuk tabel. Sehingga, untuk menghasilkan tabel yang baik, maka coding perlu diimplementasikan dengan struktur data yang baik juga.” |
Mencari informasi film tertentu untuk ditonton pekan depan | Mencari informasi melalui website penyedia informasi film. Mencari informasi melalui media sosial. Bertanya langsung kepada generative AI untuk meminta saran film terbaru. | Contoh narasi: “Based on media sosial A, film yang akan dirilis pekan ini adalah Film B. Kemudian, berdasarkan website penyedia film, film tersebut bergenre drama dan komedi.” |
Ketiga aspek ini menurut gue pribadi sangat relevan untuk kita pelajari, pahami, dan diterapkan di kehidupan sehari-hari. Mengingat kembali bahwa literasi digital di Indonesia masih perlu peningkatan yang signifikan, ketiga aspek tersebut dapat dipelajari oleh siapapun.
Sejatinya, skill literasi digital saat ini sudah menjadi fundamental ketika kita hendak berinteraksi dengan tools digital, terutama dalam proses belajar.
Bukan hanya persoalan menggunakan teknologi komputer maupun gawai lainnya, literasi digital berperan dalam proses belajar yang lebih terkurasi.
Critical Thinking and AI Literacy
Pada tahun 2024, perkembangan AI semakin masif di seluruh dunia, termasuk di Indonesia. Menurut data Statista, diproyeksikan bahwa penetrasi penggunaan AI terus meningkat hingga mencapai 729,1 juta pengguna di seluruh dunia.
Di Indonesia, adopsi AI juga cukup signifikan. Pada tahun 2023, tercatat sebanyak 1,4 miliar kunjungan ke situs AI dari pengguna di Indonesia, menjadikan Indonesia berada di urutan ketiga setelah AS dan India dalam hal pengaksesan AI.
Dewasa ini semakin banyak informasi yang dibuat hanya mengandalkan kemampuan AI. Adapun sebagian artikel di berbagai website penyedia artikel yang meminta AI secara murni untuk menulis artikel.
Tak jarang artikel-artikel tersebut tersematkan data dan informasi krusial yang membutuhkan penilaian benar atau salah. Data dan informasi yang dibuat oleh AI belum diketahui secara pasti kebenarannya.
Sebagian orang mungkin akan langsung percaya dan mengonsumsi informasi tersebut mentah-mentah. Namun, pengecekan kembali data dan informasi sangat diperlukan untuk memastikan secara faktual.
Kemampuan critical thinking sangat diperlukan pada era AI yang sedang secara masif berkembang. Critical thinking diperlukan untuk mengevaluasi informasi yang dibuat oleh AI. Apakah informasi yang dihasilkan menimbulkan bias, ambiguitas, atau tidak relevan terhadap suatu topik tertentu.
Baca juga: ChatGPT: Gen-AI Serbaguna
Critical Thinking
Dalam konteks AI, critical thinking yang dimaksud adalah kemampuan seseorang untuk menganalisis output AI. Jika output AI dirasa kurang relevan dan kurang akurat, maka kita menggunakan critical thinking untuk mencari data aktual.
Sejatinya, AI tidak akan pernah bisa menggantikan manusia untuk menghasilkan informasi yang akurat dan sesuai fakta. Proses evaluasi menggunakan critical thinking menjadi fundamental karena banyak AI seperti Chat Gpt yang masih memberikan informasi yang salah.
Dalam artikel yang dipublikasikan oleh Forbes, AI masih sangat rentan terhadap informasi yang tidak benar. Teknologi AI secara basic adalah mesin yang dilatih untuk menuruti perintah pengguna. AI hanya menjalankan perintah dari prompt yang dituliskan.
AI akan melakukan record data untuk self learning dari penggunanya. Menurut Feyaza Khan dalam artikel tersebut, ia menyebutkan bahwa banyak sekali keterlibatan manusia secara langsung pada proses development AI.
Proses development yang sangat krusial adalah bagaimana sebuah AI dapat menghasilkan informasi berkualitas tinggi dengan akurasi yang tinggi. Model AI yang baik sangat bergantung pada penggunaanya karena AI mempelajari pola penggunanya.
Feyaza Khan juga menyampaikan bahwa bagi para pengguna AI terutama penulis dan editor harus sangat kritis terhadap output yang dihasilkan AI. Maka dari itu, kemampuan critical thinking para pengguna harus sangat berkualitas tinggi.
Critical thinking bukan sekadar mengevaluasi hasil AI. Namun, juga mengeksplor potensi yang akhirnya membantu manusia pada proses problem solving. Dengan limitasi AI yang ada sekarang, kemampuan evaluasi informasi menjadi fundamental.
3 Core dari Critical Thinking in AI era
- Contextual understanding
Pemahaman secara detail dan mendalam mengenai konteks informasi yang dicari pada AI adalah hal yang krusial. AI memiliki limitasi terhadap hal mendetail terhadap konteks tertentu dan hanya menghasil informasi yang berputar pada jawaban sebelumnya.
- Creativity:
Critical thinking memerlukan kreativitas untuk melihat sudut pandang lain yang tidak dihasilkan oleh AI. Terlebih, pemikiran out of the box dari pengguna sangat diperlukan agar output AI lebih luas.
- Adaptability
Adaptasi terhadap strategi penalaran berdasarkan informasi dari AI sangat diperlukan. AI secara basic memiliki kemampuan adaptabilitas yang baik terhadap data baru maupun informasi baru yang diajarkan. Namun, AI tidak memiliki fleksibilitas serta adaptasi pemikiran serta pengolahan informasi seperti manusia.
Definisi serta 3 aspek critical thinking yang telah dijelaskan di atas menjadi fundamental di era AI saat ini. Terdapat korelasi antara critical thinking dan AI, lebih tepatnya adalah AI literacy. AI literacy atau literasi secara umum adalah kemampuan penggunaan AI.
AI Literacy
Pada era AI saat ini memahami cara kerja AI bukan lagi sesuatu yang eksklusif, namun sudah menjadi kebutuhan. Pemahaman kemampuan AI dalam menyediakan informasi menjadi sangat krusial. Terlebih ketika kita mengkonsumsi informasi yang di-generate secara langsung menggunakan AI.
AI literacy atau literasi AI sudah menjadi fundamental dalam memahami output informasi yang disediakan AI. Literasi AI berkorelasi dengan critical thinking pada sub sebelumnya.Korelasinya adalah literasi AI membutuhkan critical thinking untuk menilai informasi.
Literasi AI membantu seseorang yang menggunakan AI menjadi lebih kritis dan memiliki asumsi dari sudut pandang yang berbeda. Hal ini disebabkan oleh proses berpikir yang terjadi ketika seseorang mempertanyakan kebenaran informasi.
Dampak dari literasi AI adalah pada proses pengambilan keputusan yang berbasis pada kebenaran informasi. Sebagai contoh, gue mencari informasi mengenai apakah benar jika kita terus belajar, maka neuron di otak kita akan terus menguat.
Informasi yang disajikan AI mungkin belum tentu sepenuhnya benar karena AI hanya merekam dari berbagai sumber. Keperluan kita untuk mengevaluasi kembali adalah bentuk tanggung jawab etis secara tidak langsung.
Jika kalian menggunakan AI untuk tujuan publikasi artikel maupun jurnal atau buku, maka kalian memiliki tanggung jawab etis yang harus dilakukan. AI adalah mesin, AI adalah robot, dan AI tidak memiliki sense untuk mengenali kebenaran informasi.
Literasi AI juga menjadi pendorong bagi kehidupan sosial manusia untuk menavigasi penggunaan teknologi yang baik. Proses pengambilan keputusan yang melibatkan AI akan menjadi lebih etis. Begitupun proses pencarian informasi untuk pengambilan keputusan.
End of Article
Gue selaku penulis artikel ini masih belajar banyak hal terkait skill fundamental digital literacy dan critical thinking and AI literacy. Tidak dapat dipungkiri bahwa penulisan artikel yang kalian baca di-support menggunakan AI.
Gue turut mencantumkan sumber referensi yang sebagian di-generate oleh AI dan sebagian murni hasil mesin pencari.
Terimakasih buat kalian yang sudah membaca artikel ini sampai selesai.
Baca Juga: Cara Kreatif Belajar Hal Baru Pada Tahun 2024
References
McKinsey Technology Trends Outlook 2023 | McKinsey
Understanding and developing Digital Literacy | World of Better Learning (cambridge.org)
AI Statistics for 2024 – Search Logistic.
Ongoing Challenges in Digital Literacy
Why digital literacy matters for Indonesia by Angga Priancha, S.H., LL.M.
Despite improvements, Indonesia’s digital literacy remains low
Ada 164.131 Kasus Email Phising di Indonesia pada 2022.
Thinking Critically about AI | Academic Skills Kit | Newcastle University (ncl.ac.uk)
Global AI tool users 2030 | StatistaPengguna AI Meningkat, Indonesia Peringkat Ketiga Penggunaan Terbanyak di Dunia 2023 – DRADIO 104,3 FM JAMBI
RELATED POSTS
View all